Sampurasun para pembaca yang tertarik dengan bahasa daerah! Kali ini, kita akan menjelaskan arti dari kata "rungkad" dalam Kamus Bahasa Sunda. Bahasa Sunda memiliki kosakata yang kaya dan beragam, salah satunya adalah kata "rungkad." Dalam konteks ini, "rungkad" mengandung makna fisik yang menggambarkan suatu kondisi kehancuran atau keruntuhan.
Makna Kata "Rungkad" dalam Bahasa Sunda
Secara bahasa, "rungkad" dapat diartikan sebagai runtuh, tumbang, hancur lebur, atau roboh. Kata ini digunakan untuk menyatakan kondisi fisik atau struktur yang mengalami kehancuran atau keruntuhan. Contoh penggunaannya dapat merujuk pada benda-benda seperti bangunan, pohon, atap rumah, atau struktur lainnya yang mengalami kerusakan serius sehingga menjadi runtuh atau tumbang.
Contoh Kalimat
1. "Kalapa eta teu dijaga, tadi hujan lebat, jadi rungkad." (Pohon kelapa itu tidak dijaga, tadi hujan lebat, jadi tumbang.)
2. "Rumah sakit teu ngaliwatan rungkad kaayaan nu tabuh teh." (Rumah sakit tersebut tidak dapat melewati keadaan puing-puing yang menumpuk.)
Selain itu, "rungkad" juga dapat digunakan secara kiasan untuk menyampaikan suatu kondisi emosional atau mental seseorang yang sedang mengalami kesulitan atau kehancuran. Dalam konteks ini, "rungkad" menggambarkan keadaan hati atau pikiran yang terpuruk, hancur, atau kacau karena menghadapi kesulitan atau kegagalan.
Contoh Kalimat
1. "Dia sangat sedih karena usahanya bangkrut, hatinya rungkad." (Dia sangat sedih karena usahanya bangkrut, hatinya hancur.)
2. "Setelah ditinggalkan oleh pacarnya, dia merasa rungkad." (Setelah ditinggalkan oleh pacarnya, dia merasa terpuruk.)
Kesimpulan
Kata "rungkad" dalam Kamus Bahasa Sunda menggambarkan makna fisik berupa runtuh, tumbang, hancur lebur, atau roboh. Digunakan untuk menyatakan kondisi fisik atau struktur yang mengalami kehancuran atau keruntuhan. Selain itu, "rungkad" juga dapat digunakan secara kiasan untuk menyampaikan kondisi emosional atau mental seseorang yang sedang mengalami kesulitan atau kehancuran. Dalam percakapan sehari-hari, kata ini sering digunakan untuk menyatakan situasi yang rusak atau keadaan seseorang yang sedang menghadapi kesulitan. Mari kita terus mengapresiasi kekayaan bahasa Sunda dan melestarikan warisan budaya ini agar tetap hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Hatur nuhun!
Related Posts
Memuat…